Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Ibad Rahman kali ini agak merasa berat untuk hadir ke pengajian pekanan. bukan karena malas. bukan sama sekali. bahkan ia sangat merindui saat-saat pengajian rutin itu. duduk bareng dengan sahabat-sahabat, pengisian ustadz yang 'alim, tawadhu' tapi semangatnya luar biasa, makanan dan minuman yang enak-enak yang selalu menemani pengajian, sampai saat saling "curhat" semua peserta.
pengajian itu bersepuluh semuanya, ditambah seorang ustadz senior sebagai pembimbing. kesepuluh orang itu memiliki latar belakang yang berbeda. rata-rata sudah berkeluarga dengan anak empat, tiga, dua satu dan ada yang masih menunggu cahaya mata. di antara mereka ada yang dosen, ada yang ustadz pesantren tahfiz, ada mahasiswa S3, ada yang kerja di perusahaan asing, ada yang pegawai dan ada yang guru. sedangkan ustadz pembimbingnya juga seorang dosen senior. sudah agak berumur. beranak satu.
Ibad Rahman satu-satunya peserta yang masih lajang dan paling muda. usianya beberapa bulan lagi baru akan genap dua puluh enam tahun. ia mahasiswa S2 di IIUM. sebuah kampus islam internasional yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia. saat ini sedang menyiapkan diri untuk menulis proposal thesis.
akhir-akhir ini sahabat-sahabatnya di pengajian selalu menggodanya. karena status 'lajang' yang disandangnya. bahkan kadang tak urung, ustadz pembimbingnya pun turut serta mengusiknya. "ustadz..Ibad ini suruh cepat nikah ustadz. kalau melajang terus bisa bikin fitnah buat akhwat-akhwat." goda bang Abdul biasanya.
"iya tuh ustadz..masa hari gini masih sendiri." tambah yang lain. lalu mereka tertawa. Ibad merasa risih jadinya. gak enak banget. biasanya kalau begitu, ustadz Jakfar sang pembimbing akan menenangkan dan berusaha memberi solusi. "jadi bagaimana ini Ibad. kapan antum mau ngajuin proposalnya. banyak akhwat yang nunggu antum tuh. sebutin aja kriterianya yang bagaimana." seperti biasanya pula. Ibad hanya tersenyum mesem sambil berkata lirih. "nanti dulu ustadz..."
to be continued..:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar